Presiden Goodluck Jonathan pada hari Selasa meminta politisi untuk menghindari “pertengkaran yang tak henti-hentinya” dan terlibat dalam debat politik yang kuat yang akan memperkuat demokrasi negara itu.
Jonathan menyampaikan seruan tersebut pada presentasi publik dan peluncuran resmi Kukah Centre, yang didirikan oleh ulama terkemuka dan Uskup Katolik Keuskupan Sokoto, Fr. Pdt. Matius Kukah.
Pusat ini didirikan antara lain untuk memperkuat perdebatan nasional, meningkatkan tata kelola pemerintahan, dan mendorong masyarakat Nigeria untuk mengambil peran aktif dalam kepemimpinan negara.
Jonathan mengatakan demokrasi bangsa harus diperdalam melalui perdebatan yang kuat, stimulasi ide-ide inovatif dan keterlibatan yang sehat dari semua aktor.
“Saya menyerukan kepada semua orang, kelas politik, warga negara kita dan yang lebih penting, civitas akademika untuk menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh inisiatif ini (tengah).
“Saya pikir kita akan mendefinisikan demokrasi kita saat ini dengan berjuang seolah-olah demokrasi adalah tentang perselisihan antar pihak seperti halnya pekerja parkiran mobil,” katanya.
Presiden mendesak para politisi untuk menggunakan pemilu 2015 untuk memperbarui komitmen mereka terhadap persatuan negara.
Dia berkata: “Menjelang pemilu, saya menyerukan kepada semua politisi untuk melihat ini sebagai kesempatan lain bagi kita untuk memperbarui komitmen kita untuk memperdalam demokrasi dan memperkuat ikatan persatuan kita.
“Demokrasi bukan hanya tentang partai politik dan politisi saja, bukan hanya tentang menang atau kalah dalam pemilu; ini tentang kebebasan, tentang pembangunan dan di atas segalanya kemajuan peradaban kita dan dorongan kreativitas.
“Dalam hal ini kita harus berusaha mengidentifikasi dan mendukung pertumbuhan struktur dan institusi yang akan membantu memperkuat demokrasi kita untuk memenuhi aspirasi kita sebagai masyarakat.”
Jonathan mencatat bahwa lembaga penelitian kebijakan seperti Kukah Center telah berperan penting dalam transformasi sosial-ekonomi di negara-negara terkemuka di dunia.
Menurutnya, pusat-pusat tersebut berfungsi sebagai laboratorium pengembangan, interkoneksi, dan penyempurnaan kebijakan-kebijakan utama pemerintah.
Ia membandingkan Kukah Center dengan Brooklyn Institute di Amerika, yang memelopori studi kebijakan pemerintah berbasis fakta, dengan menggunakan sains sebagai kunci analisis.
Presiden kemudian menantang politisi Nigeria untuk mengambil inspirasi darinya.
“Saya secara pribadi yakin bahwa pusat tersebut tidak dapat memiliki mentor yang lebih baik daripada pendeta yang sudah lama memiliki kedudukan patriotik, Uskup Matthew Hassan Kukah,” tambahnya.
Kantor Berita Nigeria (NAN) melaporkan bahwa pusat tersebut juga bertujuan untuk mendorong dialog antara komunitas agama di Nigeria, serta antara pemimpin agama dan kebijakan publik.
(DI DALAM)